Sebulan sebelum terbit di Amerika, film yang merupakan prequel dari trilogy film Lord of The Rings, ‘The Hobbit’ sudah menuai kontroversi. Pasalnya, sebanyak 27 hewan dikabarkan mati di lokasi syuting film tersebut di Selandia Baru.
Orang-orang yang berada di sekitar lokasi syuting menilai bahwa tim produksi film The Hobbit ini harusnya bertanggung jawab terhadap matinya hewan-hewan tersebut. Mereka menganggap bahwa tim produksi telah menciptakan suasana yang menakutkan dan membuat para hewan di lokasi tersebut tertekan.
Menanggapi tuduhan tersebut, para produser pun menyatakan pembelaan diri atas hal tersebut. “Lebih dari 55 persen adegan di film The Hobbit menggunakan komputer, termasuk kuda, kelinci, landak, burung, rusa, babi hutan, dan serigala.” Ungkap produser melalui pernyataan tertulisnya.
Baca juga: akmu
Sementara sang sutradara, Peter Jackson mengatakan kepada Associated Press bahwa beberapa hewan mati karena sebab alamiah, bukan karena syuting The Hobbit. Organisasi pecinta hewan, PETA pun bereaksi menanggapi hal ini.PETA berencana menggelar protes saat pemutaran perdana film tersebut di Inggris dan Amerika. “Mereka harusnya berhati-hati ketika menggunakan hewan dan melakukan tindakan pencegahan.” Tutur Senior Vice Presdient PETA, Kathy Guillermo.
'The Hobbit: An Unexpexted Journey' merupakan prequel dari trilogi 'Lord of The Rings' yang diangkat dari novel tahun 1937 dengan judul yang sama karangan J.R.R. Tolkien. Cerita 'The Hobbit' berpusat pada karakter Bilbo Baggins dan Thorin Oakenshield.