DREAMERS.ID - Industri musik K-Pop saat ini terlihat sangat sukses dengan banyaknya artis yang merilis karya baru, baik dari pemain lama maupun munculnya wajah-wajah baru. Namun di balik itu semua, benarkah sebenarnya industri ini tengah sekarat?
Nilai saham yang dimiliki oleh mantan dan pemilik agensi hiburan saat ini di Korea Selatan telah turun hampir 30 persen dibandingkan tahun lalu, di mana mereka tengah berusaha mengatasi serangkaian skandal serta ketegangan perdagangan antara Korea dan Jepang, yang menjadi salah satu pasar utama untuk produk K-Pop.
Menurut perusahaan riset konglomerat Chaebul.com, nilai gabungan dari saham yang dimiliki oleh tujuh pemilik agensi hiburan paling kaya saham turun 28,7 persen menjadi 512 miliar won pada 19 Juli. Mantan CEO dan produser YG Entertainment Yang Hyun Suk melihat penuruan paling tajam, dengan nilai kepemilikan sahamnya turun 41,1 persen menjadi 93 miliar won, dari 158,5 miliar won tahun lalu.
Yang Hyun Suk mengundurkan diri dari YG Entertainment pada Juli lalu, setelah para artisnya terperosok dalam skandal termasuk tuduhan penggunaan narkoba dan prostitusi. Tapi mantan CEO ini masih memegang 16,12 persen saham di agensi, membuatnya masih menjadi pemegang saham terbesar. Harga saham YG terakhir tercatat 27.800 won, 41,5 persen lebih rendah dari awal tahun.
Baca juga: Streaming Lagu K-Pop Melonjak, Indonesia Masuk Top 3 Pendengar Global
Nilai saham yang dimiliki oleh pendiri SM Entertainment Lee Soo Man turun 29,4 persen pada periode yang sama menjadi 162,7 miliar won. Di agensi tersebut, ia memegang saham sebesar 19,04 persen. Sementara nilai saham pendiri JYP Entertainment Park Jin Young turun 29,9 persen menjadi 133,3 miliar won.Artis K-Pop mengadakan konser dan merilis sejumlah album di Jepang setiap tahunnya, karena Negeri Sakura ini telah tumbuh menjadi pasar yang stabil selama hampir satu dekade. “Karena meningkatnya perselisihan politik dan ekonomi dengan Jepang, penilaian di industri hiburan telah anjlok,” kata Lee Ki Hoon, analis di Hana Financial Investment.
“tampaknya kembalinya artis-artis besar yang dijadwalkan dalam waktu dekat tidak akan mampu mengangkat (sentimen investor yang melemah), tetapi situasinya mungkin membaik tahun depan,” imbuhnya.
(fzh)