Tak hanya itu, menurut Tio, dirinya mengaku ingin terlibat dalam film tersebut karena memang ada sinar harapan dari Tebus untuk menjadi film Indonesia yang lebih baik. Dilansir dari indonesiaselebriti.com, berikut petikan wawancaranya:
IS: Bagaimana
cerita awal Anda bisa terlibat dalam film Tebus ini?
TP: Awalnya terlibat ya karena mereka (pihak film Tebus) contact saya. Setelah itu saya cari tahu
siapa Sutradaranya dan kebetulan dia masih baru dan ketika membaca ceritanya
saya melihat ada yang lain dan ada secercah sinar harapan kea rah yang lebih
baik dari film ini?
IS: Lain disini maksudnya apa nih bang?
TP: Dari genre-nya aja lain, bisa tergolong thriller dan drama juga sih. Tapi
yang bisa menyimpulkan secara spesifik mengenai genrenya ya si Sutradaranya
sendiri. Pada saat ditawari saya bertanya kepada dia apa arti nama dari tokoh
yang saya perankan, ketika mereka bisa menjawab hal itu akhirnya saya
memutuskan untuk ikut bergabung.
IS: Wah syaratnya kok agak unik nih bang, menanyakan arti
nama dari tokoh yang abang perankan?
TP: Iyalah, karena melihat dari skenarionya saya memerankan seorang tokoh yang
memegang teguh nama besar keluarganya. Buat saya itulah intinya.
IS: Selain bisa menjawab pertanyaan tadi, apa yang membuat
abang berminat bergabung di film ini?
TP: Ya yang saya bilang tadi, ada secercah harapan mengenai film ini untuk
menuju ke arah yang lebih baik. Saya memprediksikannya kebetulan benar.
IS: Abang kan nyanyiin Ost Tebus juga nih, apa jangan-jangan
abang Tio mau jadi penyanyi juga nih kedepannya?
TP: Wah saya nggak bisa menilai apakah saya pantas untuk menjadi penyanyi, biar
orang lain saja yang menilai. Yang jelas pada saat itu saya yang menawarkan
diri, karena menurut saya cuma saya yang pantas dan mampu menjiwai untuk
menyanyikan theme song itu. Lagu itu yang awalnya menggunakan nada mayor kita
ubah menjadi minor, yang awalnya lagu happy kita ubah menjadi sedih.
IS: Abang sempat bilang sebelumnya kalau film ini akan ada
yang lebih dari sekedar kejutan, wah apa nih kelebihan yang lain itu bang?
TP: Ya seperti tadi yang saya bilang, kau saja terkejut mendengar saya
menyanyikan theme song dari film ini, ha ha ha ha. Yaa kejutannya seperti
ketika kau menjadi seorang ayah tapi kau membunuh anakmu sendiri, atau kamu
seorang anak, kamu malah membunuh ayah kandungmu. Kamu sebenarnya nggak ingin
melakukan itu, tapi apa boleh buat itu terjadi, ya seperti itulah salah satu
contoh kejutan lain yang dimaksud.
IS: Sosok Rony
Danuatmaja yang anda perankan di film Tebus ini orang yang seperti apa sih?
TP: Yaa sosok yang hedonis dan hidup terlalu lama di dalam kurungan emas
leluhurnya. Dia terlalu lama terkurung di dalam kurungan emas itu dan tidak
tahu tentang kehidupan luar itu seperti apa. Dia hanya menghargai kehidupan di
sekitar kurungan emas itu saja, di luar itu dia tidak menghargai sama sekali.
Di kehidupan nyata sebenarnya cukup banyak orang yang seperti itu. Bukan hanya
dari kalangan atas saja yang bisa memiliki perilaku seperti demikian, di
kalangan bawah juga ada.
IS: Ada pembelajaran yang abang dapat nggak dari tokoh Ronny
tersebut?
TP: Tentu, setiap peran yang saya pilih dan saya mainkan di film pastinya
memberikan pembelajaran yang banyak. Kita kan selalu bertemu orang yang
berbeda, secara umum kita kan semakin tua dan biasalah melewati proses semacam
itu. Saya itu orang yang tidak suka sekolah tapi saya suka sekali belajar.
IS: Di film ini kan ada unsur cerita mengenai narkoba tuh,
bagaimana pendapat abang mengenai narkoba di kalangan selebriti, anak muda,
Indonesia atau khususnya Jakarta?
TP: Menurut saya bangsa ini harus belajar mengenai hal itu, ketertutupan itu
membuat kita semakin bodoh. Apa yang terbuka mengenai narkoba pada saat ini,
apakah kita diberitahu kenapa itu dilarang, apakah ada keterangan khusus dari
Departemen Kesehatan, BNN dan sebagainya yang memberikan penyuluhan atau
pemberitahuan mengenai kenapa ini dilarang termasuk ganja, shabu-shabu dan yang
lainnya. Setahu saya ini adalah zat adiktif yang tidak berbeda dengan obat
perangsang atau obat yang lainnya dimana ketika dikonsumsi berlebihan tentu
akan memberikan efek berbeda. Tapi kalau dampak ekonominya lebih mengguncang
daripada yang lainnya maka ini disembunyikan, ini adalah pembodohan yang dari
tahun ke tahun berlangsung dari jaman Belanda dan sampai kapanpun. Sebab
siapapun yang berkuasa diatas, dan sudah menikmati hasilnya tidak akan mungkin
berbagi ke yang tidak tahu.
IS: Dulu abang pernah terjerumus ke narkoba kan, lalu
bagaimana cara melepaskannya?
TP: Wah saya bukan pernah lagi, saya sampai nyelem di dalamnya. Saya orangnya
tidak pernah mau setengah-setengah untuk merasakan dan untuk mengetahui apakah
itu nikmat atau tidak. Mulai dari morfin dan sebagainya. Saya itu bukan
pemakai, saya adalah aktor dan harus tau segala hal tentang bagaimana rasanya.
Kita harus teguh sebagai aktor, kalau tidak tahu rasanya bagaimana kita mau
memerankannya. Saya pernah terjerumus dan ada masanya, untuk usia seperti ya
sudah lebih memikirkan yang lain saja. Yang pasti prestasi itu tidak akan
pernah tercapai dalam kehidupan yang berantakan dan itu sudah saya buktikan.
Biar orang mau mencibir saya seperti apa yang jelas saya tidak akan seperti
sekarang jika saya menjalani hidup berantakan.
Baca juga: akmu