DREAMERS.ID - Setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh para selebriti pasti selalu menjadi sorotan, khususnya dua bintang Korea ini, yaitu Yoo Ah In dan Sulli. Postingan media sosial mereka diketahui selalu memunculkan kontroversi, baik itu berbentuk foto maupun tulisan saja.
Belum lama ini bertepatan dengan meninggalnya aktor Kim Joo Hyuk, Yoo Ah In menuai cibiran lantaran dianggap mengucapkan rasa belasungkawa dengan cara yang tidak pantas oleh netizen Korea. Saat itu, ia mengunggah foto lagu Benjamin Clementine berjudul ‘Condolence’ dengan menyematkan kata ‘RIP’ (Rest In Peace) pada bagian caption.
Sementara Sulli dikenal selalu mengunggah foto-foto dari kesehariannya sendiri, bersama sahabat, hingga kucing jenis Sphynx peliharaannya. Ia bahkan terbilang sering mengejutkan publik dengan berbagai foto yang dianggap terlalu vulgar atau memperlihatkan sisi ‘gila’nya.
Dilansir dari laman outlet berita Sports Kyeonghyang (21/11), seorang ahli psikiater mencoba menafsirkan dibalik aktivitas Yoo Ah In dan Sulli di media sosial, yang mungkin juga bisa mengklarifikasi kesalahpahaman atas maksud dari postingan kontroversial yang selama ini menyebar di publik.
Menurut Psikiater Choi Myung Gi, banyak orang mungkin mendapat kesan bahwa mereka hanya melakukannya untuk meraih perhatian dan menimbulkan kontroversi, namun tidak benar. Itu justru merupakan sebuah perilaku impulsif, yaitu bentuk tindakan yang dilakukan tanpa berpikir lebih dahulu.
Baca juga: Sulli Mengaku Tersiksa dengan Beauty Privilege
“Orang yang impulsif tidak berpikir dua kali sebelum mengatakan sesuatu atau mengambil sebuah tindakan, sehingga menimbulkan konsekuensi seperti itu. Mereka tidak dapat mengendalikan apa yang ingin mereka katakan dan ada dorongan untuk buru-buru mengungkapkan pikiran mereka,” papar Psikiater Choi.Untuk kasus Yoo Ah In, Psikiater Choi menjelaskan, “Dia terkenal bisa menulis secara konstruktif atau yang bersifat membangun, dan mengungkapkan idenya melalui kata-kata. Dia menerima banyak respon positif dari penggemarnya”. Jadi sebenarnya sang aktor hanya memiliki cara berbeda dalam mengungkapkan pemikirannya saja, tanpa bermaksud agar menjadi kontroversi.
Sedangkan, gaya menulis Sulli lebih simple dan aktivitas di media sosialnya diartikan oleh Psikiater Choi sebagai ‘hyperactive behavior’, ia memaparkan, “Pikiran dari orang hiperaktif itu ‘berantakan’, karena mereka menikmati sensasi bergurau atau bercanda dengan orang dan sesuatu yang disukainya”.
Lebih lanjut, Psikiater Choi menambahkan bahwa media sosial bisa berdampak serius ke individu, “Tinggal tunggu waktunya ketika seseorang menjadi pusat perhatian karena topik yang sensasional atau kontroversi. Hasilnya, mereka tidak bisa mengendalikan diri dan terus terlena dengan dunia media sosial”.
(mth)