DREAMERS.ID - Chef ternama Paik Jong Won, CEO Theborn Korea, telah dilaporkan ke polisi atas tuduhan melanggar Undang-Undang Pelabelan dan Periklanan Makanan terkait dengan dugaan iklan palsu dari negara asal.
Pada 21 Maret, Kepolisian Gangnam Seoul mengungkapkan bahwa mereka menerima pengaduan melalui portal pengaduan publik nasional terkait Paik’s Coffee, yang dioperasikan oleh CEO Paik Jong Won dari Theborn Korea, karena diduga menyesatkan asal-usul produk baru dalam promosinya.
Menurut pengaduan tersebut, Paik’s Coffee mempromosikan “Roti Ubi Jalar Kenyal” pada Januari tahun lalu dengan slogan “Produk Pertanian Kami, Paik’s Coffee Kami,” namun dalam materi iklan lain disebutkan bahwa “sebagian ubi jalar berasal dari China,” sehingga menimbulkan masalah.
Pengadu, yang disebut sebagai A, mengklaim bahwa “Paik’s Coffee sengaja menghilangkan penandaan ‘berasal dari China’ dalam iklan” dan menyatakan bahwa ini “bukan sekadar kesalahan pengeditan, melainkan tindakan yang sengaja menyesatkan konsumen agar mengira asal produk berasal dari hasil pertanian dalam negeri.”
Baca juga: Baek Jong Won Kembali Minta Maaf Atas Kontroversi Perusahaan dan Hentikan Aktivitas Penyiaran
A juga menambahkan bahwa ia telah mengajukan pengaduan ke Kantor Distrik Gangnam, meminta perintah perbaikan dan penghentian produksi terhadap Paik’s Coffee.Sebelumnya, Paik Jong Won sempat mendapat sorotan negatif karena menggunakan daging ayam asal Brasil dalam produk meal kit stik ayam yang dijual untuk membantu petani lokal, serta karena kandungan bir jeruk yang lebih rendah dibandingkan produk lain.
Terkait hal ini, Paik Jong Won pada tanggal 19 Maret menyampaikan, “Saya sekali lagi dengan rendah hati meminta maaf atas kekecewaan dan kekhawatiran yang telah ditimbulkan,” seraya menambahkan, “Saya dan seluruh karyawan Theborn Korea menerima situasi ini dengan serius, dan kami sedang berupaya keras untuk melakukan inovasi menyeluruh di seluruh perusahaan.”
Ia juga berjanji, “Kami akan memeriksa secara menyeluruh semua keterangan produk, termasuk masalah penandaan asal-usul, serta memperkenalkan sistem pemantauan berkelanjutan yang melibatkan pakar eksternal.”
(fzh)
